Sebuah BASA_BASI

Selamat malam... Mumpung ada kesempatan, kali ini saya ingin sedikit share tentang basa-basi. Kenapa saya tulis tema ini, karena ide ini muncul setelah saya merasakan ada sesuatu yang harus diketahui dan dibenahi oleh kita semua. Sesuatu yang pernah saya alami pada saat itu. Sedikit menceritakan, saat itu saya hendak mengikuti test di Yogyakarta. Jauh-jauh dari Lampung saya berangkat berdua dengan teman saya. Alhamdulillah, dari rumah sudah ada tempat yang akan diinapi ketika sampai di Yogya. Namun, kadang rencana kita tidak sesuai dengan yang direncanakan. Saat itu, saya menginap di kosan teman yang kebetulan S2 di Yogya. Memang kita menginap tidak cuma satu dua malam. Hampir satu minggu saya dan teman di Yogya. Ini karena waktu test yang berbeda. Siapa yang menyangka saat itu, ketika baru dua malam kami menginap. Ibu kos teman saya menegur kami karena menginap disana tanpa izin terlebih dahulu. Saya akui itu mutlak kesalahan saya. Alangkah baiknya, saya cari tempat penginapan yang lain. Kebetulan saya ada teman yang juga tetangga rumah saya di Lampung. Tanpa berpikir lama lagi, berharap ada pertolongan darinya, saya beranikan menghubunginya untuk mendapatkan pertolongan supaya bisa di tampung dikosannya. Dia juga sedang menempuh pendidikan selama di Yogya. Ternyata jawaban nya hanya sms singkat yang berisikan "maaf, saya juga lagi sibuk belajar karena sedang UAS. Kamar kos juga tidak terlalu lebar". OOw.... seperti ditohok rasanya. Sempat terlintas, kok begitu ya jawabannya. Saya datang jauh-jauh lho dari Lampung. Tetanggaan lagi di kampung. Masak iya sih tidak bisa membantu. Apa nggak ada jawaban yang lebih enak dibaca, atau sekedar bertanya tinggal dimana dua malam kemarin, terus sama siapa ke yogya, datang dari kapan, atau saya carikan inapan tempat teman saya ya... ahhh... sebanyak mungkin kemudian beristighfar. Mencoba memaklumi dan berpikir positif. Barangkali memang belum bisa membantu lebih banyak. Tanpa berpikir untuk memohon lagi ataupun bercerita kondisi saya saat itu, cukup sampaikan "terimakasih ya, semoga ujiannya dimudahkan :-D ". Itu hanya satu kisah dari beberapa peristiwa yang pernah saya alami, dan membuat hati ini sedikit "geram". So, Apa itu basa-basi? Setujukah teman-teman semua dengan sikap basa-basi? Adakah manfaat dari basa-basi? Well.. mari simak uraian dari saya berikut ini yaptzzz... Tentunya teman-teman sudah tidak asing lagi dengan istilah satu ini. Basa-basi. Ada yang beranggapan negatif terhadap sikap basa-basi ini. Menganggap bahwa basa-basi adalah sikap munafik. Hanya bagus di luar tapi busuk di dalam. Ada juga yang menganggap positif. Nah, anda termasuk yang mana? okkey... Apa pun penilaian anda terhadap sikap basa-basi. Yang pasti tuntunan yang ada dalam islam di cover dalam materi mu'amalah. Sebuah materi yang menyuguhkan dan memberikan pedoman bagi kita, umat islam, untuk bersikap baik terhadap orang lain. Membina dan menjalin hubungan yang baik, apakah dalam berteman, bersahabat, berkeluarga, ataupun bertetangga. Lalu, apa hubungannya antara bermu'amalah dengan sikap basa-basi?? Sebelumnya kita sepakati dulu bahwa setiap manusia adalah makhluk sosial. Makhluk yang membutuhkan bantuan orang lain. Hukum alam telah berkata ketika kita baik pada orang lain maka orang lain juga akan baik terhadap kita. Ketika kita menolong orang lain dengan tulus, maka suatu saat ketika kita membutuhkan pertolongan akan ada orang lain yang juga menolong kita dengan tulus. iya kan? Nah, maka disinilah perlunya sikap basa-basi. Sikap berpura-pura yang dianjurkan agama. Sikap gentlement yang ditunjukkan meski hati dan diri sendiri sedang kurang bahagia atau bahkan dalam kesusahan. Bukan basa-basi yang sinis dan sewot. Bukan basa-basi yang dibuat-buat. Tapi basa-basi karena dilandasi kesadaran bahwa ini adalah perintah Allah yang dianjurkan kepada kita demi membina hubungan mu'amalah yang baik kepada sesama. Sikap basa-basi yang dicontohkan Rasulullah saw agar dapat menyenangkan saudaranya. Seringkali kita menyebutknya dengan istilah itsar. Mendahulukan kepentingan saudaranya. Seperti suatu kisah di zaman Rasulullah kalau tidak salah. Saat itu, usai berperang prajurit dalam kondisi kehausan. Kebetulan, perbekalan sudah habis. Bahkan untuk sekedar air minum. Ada salah satu sahabat (lupa namanya) yang masih menyimpan air minum tapi tinggal beberapa tetes saja. Bahkan untuk satu tegukan pun tidak akan meredakan haus yang dilanda. Namun ternyata, ketika ia hendak meminumnya sahabat lainnya pun mengajukan pertanyaan adakah yang menyisakan air minum. Maka seketika itu air itu diberikan pada sahabatnya itu. Kemudian, saat sahabat tadi akan meneguknya, tiba-tiba ada sahabat lain yang berdiri dan meminta air minum itu, maka air yang akan diteguk diberikan kepada sahabat kedua tadi. Hal itu berlanjut seterusnya seperti itu. Dari kisah ini apa yang bisa dipetik? Bahwa betapa indahnya ketika kita bisa mencintai saudara kita seperti mencintai diri sendiri. Apalagi saudara seaqidah. Kalau pun belum bisa sampai sejauh itu kita berbuat baik, apa salahnya, apa ruginya ketika kita dapat menyenangkan hati saudara kita walau hanya dengan mengucapkan kata selamat?? Walau hanya dengan berdoa untuk kebaikannya?? Contohnya yang dapat kita aplikasikan adalah Saat teman kuliah kita berkesempatan wisuda lebih dulu dibanding kita, bahkan mungkin adik tingkat kita, maka seharusnyalah kita mengucapkan selamat dan turut berbahagia meskipun dalam hati kita ngenes juga belum wisuda-wisuda. Saat sahabat kita menikah lebih dulu bahkan tetangga kita yang baru lulus SMA, maka hendaknyalah kita mengucapkan selamat dan turut berbahagia karena hajat yang mereka punyai. Meskipun sekian tahun kita menanti jodoh tapi tak kunjung tiba. Saat tetangga kita memiliki mobil baru, padahal punya rumah duluan kita semestinya kita mengucapkan selamat karena siapa tahu kita bisa pinjam. Saat saudara kita ditrima magister di perguruan tinggi berkelas yang diminati, jangan lupa ucapkan selamat karena siapa tahu kita juga bisa menyusulnya. Semuanya, segalanya yang berbentuk kebahagiaan yang diperoleh saudara, sahabat, keluarga ataupun tetangga mestinya kita juga turut berbahagia. Bahkan mendoakan semoga apa yang diraih itu mendapat berkah, lancar, sukses, dan bermanfaat. Semoga kita juga dapat menyusul memperoleh kebahagiaan itu. Bukankah seperti itu Rasulullah memberikan teladan kepada kita semua?? Jangan cuek bebek pura-pura tidak tahu atau bahkan sinis dan memfitnah cara saudara kita mendapatkan kebahagiaan itu dengan hal-hal yang keji. Jangan justru mencibir dan mencaci maki. Saya banyak belajar ini dari teman saya, yang begitu tulus membantu saya dalam kesusahan. Saya berharap bisa membantunya saat ia membutuhkan bantuan saya. Dan ternyata, memang tidak mudah bersikap basa-basi. Basa-basi yang bukan sekedar basa-basi, tapi basa-basi yang berlandaskan kesadaran bahwa ini merupakan perintah Allah dalam bermu'amalah. Membina hubungan baik dengan sesama manusia. Karenanya, kemarin setelah saya dapati pengumuman lolos untuk masuk magister di perguruan tinggi di Yogyakarta, sebelum berangkat saya sempatkan temui dosen-dosen saya. Berpamitan. Mengucapkan terimakasih karena sudah banyak membantu saya. Meminta maaf karena sudah saya repotin. Dan ke depannya barangkali akan saya repotin kembali. Padahal kalau dipikir-pikir saya sudah ditrima ya sudah. Tidak ada kaitannya lagi dengan kampus pertama dan dosen-dosennya. Lalu, bagaimana respon dosen-dosen saya? Mereka senang dan sangat berterimakasih karena masih dianggap oleh mahasiswanya. Masih disilaturahmini sama mahasiswanya. Bahkan mereka mendoakan saya semoga diberi kesuksesan dan kemudahan dalam menempuh pendidikan selanjutnya. Indah bukan? Saya pun berbahagia karena dosen saya bahagia ^_^ Well, buat teman-teman, basa-basi ternyata tidak selalu buruk. Sebutlah basa-basi itu sebuah etika kita dalam membina hubungan yang baik dengan saudara kita. Saat mereka menyebutkan dirinya dalam kesusahan, meski tidak meminta bantuan, maka tawarkanlah bantuan. Walau hanya hal kecil yang dapat kita lakukan. Karena bisa jadi dalam hatinya sangat berharap bantuan itu ditawarkan oleh kita. Saat mereka mendapatkan prestasi dan keberhasilan, meski tidak mengharapkan pujian, maka berikanlah selamat kepadanya. Karena siapa tahu mereka juga menginginkan ucapan bangga dari kita untuknya. Dan semuanya, segalanya yang kecil-kecil. Kebaikan yang tidak terlihat, mari kita coba untuk lakukan. Satu hal, hanya berharap kebaikan itu akan kembali kepada kita. Secara sadar kita lakukan karena merupakan teladan dari Rasulullah saw, perintah Allah swt. Agar terbina hubungan yang baik dengan sesama.... oke brow? Mohon maaf jika ada kesalahan dalam tulisan ini. Tidak bermaksud menyudutkan satu pihak, semua yang tertulis silahkan ambil kebaikan dan buang saja yang tidak bermanfaat.

Komentar

Postingan Populer