Gue kan cewe.... Program Magister? Ambil nggak ya.....

Hay hay... selamat pagi semua... ^_^ sudah mandikah? sarapan? beberes? hem... waktu pagi memang biasa riweh sama hal-hal yang begituan, apa lagi bagi mba-mba yang baru punya anak satu yang masih kecil.. ouh... mesti kudu sabar ya.. belum kelar ngurus si kecil, suami juga minta diladeni pagi-pagi. maka, nikmatilah... #HagHagHagHag bay the weyyy, adakah yang masih galau sepagi ini? galau yang nggak ketulungan. mau tidur galau bangun tidur galau. mau makan galau sudah makan galau. mau pergi galau pulang ke rumah galau lagi. hahahaha... kegalauan seperti apakah itu?? well, kali ini saya mau share tentang kegalauan yang pernah saya alami. sembuhnya? lama banget... ya begitulah, kegalauan yang bikin hati gelisah dan pikiran resah. tak henti-hentinya berdoa diberikan pilihan yang terbaik. begitu juga minta pertimbangan-pertimbangan dari keluarga, sahabat dan lainnya yang justru nambah buat bingung. hehehehe okey, kita hidup di dunia ini selain terikat waktu juga selalu dihadapkan pada pilihan-pilihan. setiap pilihan yang akan kita ambil itu pun, akan melahirkan pilihan-pilihan berikutnya. nah, untuk mewujudkan pilihan yang sudah kita ambil maka membutuhkan usaha yang terbaik. mangkanya, banyak banget kita jumpai slogan-slogan tentang kehidupan. seperti misalnya, hidup adalah perjuangan! hidup adalah pengorbanan! hidup itu bergerak! hidup itu penuh pilihan! hidup itu masalah! dan masih banyak slogan-slogan lainnya... slogan mu apa guys?? :-D nah, kegalauan yang saya alami saat itu juga tentang pilihan-pilihan hidup yang akan saya ambil setelah menyelesaikan satu pilihan hidup sebelumnya. apa itu? melanjutkan kuliah magister atau tidak. saya termasuk yang agak lama menyelesaikan kuliah S1. sangking lamanya di kampus sampai males banget ngampus. apa lagi cuma buat nunggu dosen yang nggak pernah jelas kehadirannya. datang tak dijemput pulang tak diantar. jailangkung kallliiiii.... sangking lamanya nyekripsweet, usia nambah terus, skripsi nggak kelar-kelar. sementara yang lain, ada yang sudah kerja, sudah nikah, sudah punya anak, sudah lanjut S2 juga. uhhhhh... bikin iriiiii tauuuuu.... nah, setelah penantian yang cukup panjang akhirnya datang juga kesempatan buat mentereng di gedung serba guna. alias ikut upacara wisudaan. oh gitu to rasanya? apa? galau. yah... galau lagi... kenapa? karena langsung hadir pilihan buat kerja, nikah, lanjut kuliah? Oow.... jadi mikir keras... akhirnya, dari ketiga pilihan itu saya buang satu pilihan yang sepertinya belum bisa dilaksanakan dalam waktu dekat. menikah. cari jodoh kan nggak bisa serta merta to ya? meskipun harus mengabaikan faktor usia yang udah tua sih agaknya... heehehe so, tinggal ada dua pilihan. kerja atau kuliah S2? setelah pilihan dipersempit, banyak timbul pertanyaan dan keinginan. kalau pilih kerja,asyiikkk bisa dapat gaji, kalau udah gajian bisa beliin orang-orang terdekat hadiah, bisa sedekah infaq sendiri, bisa ngasih ampau keponakan kalau lebaran, bisa beli ini-itu uang sendiri, bisa main kesana-kemari pakek uang sendiri, dan yang pasti lebih pede buat ambil pilihan menikah yang tadi sudah dibuang. iya nggak? berpikir seperti itukah kalian? sama donk.... :-) cuma, katanya kalau udah kerja, nggak bisa ngapa-ngapain karena waktu benar-benar terikat, lanjut kuliah jadi mikir-mikir karena harus bagi waktu kuliah dan kerja, apalagi kalau udah menikah. akhirnya nggak jadi S2. terus, kalau udah kerja pastinya bakal rindu banget lingkuangan akademik. dan bla bla bla lainnya yang mungkin setiap orang akan berbeda rasanya juga pemikirannya. nah, kalau kuliah dulu, lingkungan kompetisi akademik masih menyatu dengan keseharian, nambah pengalaman, mau nggak mau juga akan nambah teman, dan yang pasti semangat belajarnya masih menggebu-gebu karena hidup cuma fokus sama kuliah. cuma, karena waktu benar-benar dibebani dengan tugas kuliah, akhirnya kerja nggak sempat dan kiriman uang pasti mepet-mepet. teteeeeppp.... well, itu cuma gambaran yang pernah terlintas dipikiran saya. semuanya bisa di combine, bisa diatur. tinggal mantapkan hati pilih yang mana, juga takdir allah memutuskan apa. kalau kemarin, saya coba dua-duanya. ngelamar kerja iya, daftar kuliah juga iya. dan ternyata, kesempatan itu hadir untuk ambil S2 nya dulu. Sahabat, terlepas dari itu semua. semua kembali ke masing-masing diri kita. mungkin ada yang berpikir, ah.. kuliah nanti juga bisa disambi dengan kerja. atau, kerja dulu lah nanti kalau udah ada tabungan baru lanjut kuliahnya. atau, fokus kuliah dulu lah, kerja nanti aja kalau udah selesai kuliah. semua itu kembali kepada kemampuan diri kita masing-masing. baik dalam hal ekonomi, kesempatan, dan juga keyakinan. benar kan??
oke, jadi apa pilihan kamu? ngambil S2? sipp!!! lalu, setelah ada keyakinan untuk ambil S2 ternyata tiba-tiba muncul bisikan-bisikan seperti "buat apa si saya kuliah lagi? saya kan cewe? usia saya aja udah segini, lanjut S2 langsung? aduh, masih kebayang ribetnya nyelesain skripsi kemarin, masih kebayang juga ngantuknya di kelas waktu kuliah, kebayang juga nih tugas yang seabrek dan dosen yang songong-songong. uhhh... biaya hidup yang makin ngebengkak, SPP juga mahal tauuuu, teman-teman yang individual banget. hah? gelar magister? pasti nanti dianggap punya kemampuan lebih. dapat jodoh sulit. toh nanti juga cuma jadi ibu rumah tangga, kerja di dapur. apa lagi udah S2, yah.. kerjanya kok nggak match banget sama gelar yang udah didapet susah-susah", dan bisikan lainnya yang ujung-ujungnya buat semangat jadi down. kalau diibaratin sama permainan ular tangga, keyakinan kuliah udah di kolom 99, satu lagi dapet kotak no 100 yang berarti menang, eh nggak taunya kotak 99 itu ada gambar ular yang berarti harus turun tangga ke angka yang jauh banget. kotak 20. oh tidaaaaakkkkk..... langsung deh tu rambut jigrak-jigrak kayak kesetrum. hihihihi Sahabat, perlu kita ingat bahwa setiap pilihan itu akan diikuti dengan konsekuensi. Resiko yang harus kita tanggung jika mengambil pilihan itu. terutama buat kamu yang akhirnya memutuskan untuk mengambil S2 dari pilihan-pilihan yang ada. tentu dari sekian yang kalian takuti, itu adalah konsekuensinya. kalau saya sih, kembali ke al-qur'an dan hadist Rasullullah saw ajalah, pedomannya kan sudah ada. mangkanya dong, niatnya diluruskan. niatnya juga harus positif dan yang baik-baik. biar semuanya dijalani dengan mudah dan tenang. biar semauanya juga bernilai ibadah. kalau apa yang sudah kita rencanakan nanti tidak sesuai dengan kehendak kita, yakinlah pasti ada hikmah yang bisa diambil, dan nggak akan ada ruginya. wong menuntut ilmu mosok rugi sih? wong niatnya sudah karena allah mosok menyesal sih? ini nih, dibaca dan direnungi ya....
“Adakah sama orang-orang yang mengetahui dengan orang-orang yang tidak mengetahui?” (QS. Az-Zumar: 9) dari ayat tersebut, allah memberitahukan kepada kita, bahwa ternyata ada perbedaan lhoh antara orang yang mengetahui dengan orang yang tidak mengetahui. orang yang pintar dengan orang yang bodoh. orang yang berpendidikan dengan yang tidak. orang yang berilmu dengan orang yang tidak berilmu. seperti yang tertera juga dalam firman allah yang lainnya.
“Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat.” (QS. Al Mujadilah: 11) tuh, ternyata orang yang berilmu itu akan diberi derajat yang lebih tinggi sama allah swt... derajat dihadapan Allah swt... dan juga derajat dihadapan manusia... apa lagi buat kita yang cewe-cewe kece ini. please dong ah... jangan lagi berpikir "wanita kan ujung-ujungnya jadi IRT, kenapa mesti kuliah tinggi-tinggi?". justru jangan salah ya... jadi Ibu Rumah Tangga itu pekerjaan yang berat banget. coba geh tantang orang laiki-laki terdekat kalian, ayah, kakak, adik, kakek, sahabat, tantang mereka untuk gantiin kita jadi IRT, pasti nggak akan ada yang mau. lagian itu memang sudah kodrat wanita. jadi jangan coba-coba dihilangkan ya? lalu, menjadi IRT bukan berarti nggak boleh punya gelar pendidikan sekelas doktor atau profesor lhoh. bahkan meskipun, gelar yang nempel di nama kita itu cuma gelar pasif aja. karena kita nggak kerja dimana-mana, murni di rumah aja ngurus anak suami. bukan berarti gelar itu nggak ada gunanya. coba geh, anak yang terlahir dari rahim seorang ibu yang cuma lulusan TK, SD, SMP, SMA, S1, S2, dan S3 atau profesor pasti perasaan yang hadir dalam hati mereka akan berbeda. anak-anak kita akan bangga karena mereka dilahirkan dari seorang ibu yang berpendidikan dan berwawasan. seorang ibu yang semangat juangnya untuk sebuah ilmu sangat tinggi. inilah yang akan membedakan seorang ibu dalam mendidik anak-anak nya kelak. mereka yang lulusan SD akan dididik dengan pola pikir jangka pendek. sementara mereka yang didik dengan sekelas doktor akan dididik dengan pola pikir jangka panjang. meskipun tidak semua begitu, tapi kebanyakan bahkan rata-rata seperti itulah adanya. nggak percaya? hidup di kota pasti ya? coba hidup di kampung, luar biasa deh... hehehehehe Nah, dalam sebuah hadist disebutkan “Barangsiapa yang kedatangan ajal, sedang ia masih menuntut ilmu, maka ia akan bertemu dengan Allah di mana tidak ada jarak antara dia dan antara para nabi kecuali satu derajat kenabian.” (HR. Thabrani) dan dalam hadist lain disebutkan "Tuntutlah ilmu, sesungguhnya menuntut ilmu adalah pendekatan diri kepada Allah Azza wajalla". (HR. Ar Rabii’). kenapa? karena dengan semakin banyak ilmu yang kita tahu, kita akan semakin menyadari bahwa betapa kecilnya diri kita dihadapan Tuhan. Bahwa masih banyak di luar sana orang-orang yang memiliki kemampuan dan kelebihan yang lebih besar dari kita. semua itu sebagai bahan renungan. Semakin berilmu kita juga akan mengetahui kehidupan di luar sana, di belahan dunia lainnya.
so guys.... Wanita itu perlu berpendidikan tinggi. tanya kenapa? karena bapak mohammad hatta telah menjawabnya “Jika kamu mendidik satu laki-laki, maka kamu mendidik satu orang. Namun, jika kamu mendidik satu perempuan, maka kamu mendidik satu generasi". Jadi buat kamu para cewe-cewe kece, para muslimah yang sholihah jangan ragu untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya.... oke mba brow?? sekian dulu yah postingan dari saya.. mau mandi nih :D

Komentar

Postingan Populer