Rindu (cerita bersambung bagian 3)

"Pak, piye yo kabare Bayu? Aku kangen karo Bayu Pak", wanita tua bernama Sarinah itu membuka percakapan dengan suaminya tercinta. Tapi ditunggu beberapa menit tidak ada sahutan dari yang diajak bicara. Mbok Sarinah membuka lagi percakapannya.

"Sudah lima tahun anakmu itu kok nggak pulang ke rumah, padahal cuma di Jakarta. Kata Asri, anaknya Pak Moel yang kerja di Jakarta, Jakarta-Boyolali cuma empat belas jam. Mosok to, Bayu nggak bisa pulang?", Mbok Sarinah mengeluh, sedih hatinya ditinggal anak semata wayangnya merantau tapi tak pernah pulang. Bolehlah dikata kalau Bayu itu seperti Bang Toyib.

"Aku nanti selak nggak ada, aku juga wes pengen momong cucu. Mosok kita nggak ada penerus keluarga to Pak?", Mbok Sarinah masih saja berucap. Ia duduk di kursi kayu yang ada di ruang tamunya di sebelah kiri. Sementara suaminya, duduk di kursi satunya yang ada di sebelah kanan. Sepasang suami istri itu memang hanya hidup berdua lima tahun terakhir ini. Hanya keheningan yang menemani setiap malam datang menyapa. Listrik pun tak akan ada nyala, maklum, memang belum ada listrik di rumahnya. Bukan karena tidak mampu, tapi karena memang aliran listrik tidak menjangkau wilayah tempat mereka berada. 

Rumah Pak Paijan adalah rumah khas masyarakat Jawa yang biasa disebut dengan joglo. Terbuat dari kayu dengan panjang rumahnya berkisar dua puluh meter, pintu depan terletak di tengah-tengah yang diapit jendela dari kayu di sisi kanan dan kirinya. Begitu memasuki rumah Joglo, biasanya kita seolah tidak melihat ruangan lagi, hanya ruang kosong yang terisi kursi tamu. Ada yang meletakkan kursi tamu di kedua sisi, kanan dan kiri, ada juga yang hanya ada di satu sisinya. Padahal di balik tembok kayu itulah kamar-kamar dan jalan menuju bagian dapur berada. Beberapa rumah tidak membuat beda ornamen ukiran kayu dan cat antara sekat yang berfungsi sebagai tembok dan pintu kamar. Sehingga seolah-olah rumah hanyalah ruang kosong yang luas.

Di rumah-rumah Joglo juga tidak banyak ditemukan pernak-pernik dari keramik atau bunga-bunga hias dari kertas, yang biasanya menempel di setiap sudut ruangan atau terpampang di etalase lemari bupet di ruang tamu. Seperti halnya rumah Pak Paijan yang sangat sederhana. Hanya tergantung dua bingkai di bagian sisi kanan tembok kayu bertuliskan lafaz Allah dan Muhammad. Serta berjejer gambar-gambar walisongo yang hanya ditempel dengan isolasi pada tembok bagian sisi kiri. 

Kalau dari sisi teorinya, rumah joglo itu terdiri dari tiga ruang utama yaitu pendopo, pringgitan dan dalem. Setiap ruang itu memiliki makna filosofi tersendiri. Pendopo, selalu ada di depan, tidak berdinding atau terbuka, maknanya adalah bahwa orang jawa itu selalu bersikap ramah, terbuka dan tidak memilih dalam hal menerima tamu. Pada umumnya, pendopo itu tidak ada kursi dan mejanya, ketika ada tamu biasanya hanya nggelar kloso sebagai bentuk kesetaraan antara pemilik rumah dan tamu yang datang. Di sisi lain akan lebih menghangatkan obrolan dan mengakrabkan hubungan antara tamu dan pemilik rumah.

Pringgitan, adalah sebuah ruang yang terletak antara pendopo dan ndalem. Ruangan ini biasa dipakai untuk pertunjukkan-pertunjukkan yang diadakan di kediaman pemilik rumah seperti wayang kulit. Disini dimaknai bahwa pemilik rumah adalah bayang-bayang dari sumber dari segala sumber kehidupan, kesuburan dan kebahagiaan yaitu Dewi Sri (keyakinan masyarakat Jawa). Sebuah keyakinan yang dinilai mistis oleh masyarakat modern seperti saat ini.

Sementara itu, ndalem adalah bagian privasi dari pemilik rumah. Pada bagian ini terdapat setidaknya tiga kamar utama yang disebut dengan senthong. Kamar pertama untuk kaum laki-laki, kamar kedua atau disebut krobongan merupakan kamar kosong berisi benda pusaka (tetap terdapat amben, bantal dan kasur) dan kamar ketiga kamar kaum perempuan. 

Meskipun rumah Pak Paijan berbentuk Joglo, namun konsep rumah joglo yang sesungguhnya yang sesuai dengan filosofinya itu tidak diikuti oleh Pak Paijan. Ia sendiri hanya cukup tahu dengan makna-makna itu tapi tidak meyakini secara mutlak apa lagi berkaitan dengan dewa-dewi yang notabenenya bukan aqidah islam. Pak Paijan meyakini bahwa semua yang terjadi di alam dunia ini adalah sudah berdasarkan ketentuan dan ketetapan Allah swt. Tanpa harus ada puja-puji kepada dewa-dewi kesusahan dan kebahagiaan adalah hal pasti yang telah Allah swt gulirkan kepada setiap makhluknya. 

"Terakhir Bayu ngirim surat ke kita itu lebaran tahun lalu to Pak? Sudah setahun, tidak ada kabar dari dia. Sehat ora tole neng rantau kono Pak Pak", rintihan itu semakin menjadi dengan suara yang terdengar serak di telinga Pak Paijan. Mbok Sarinah mengusap matanya yang basah, rembesan air mata cukup membuat hatinya haru biru.

Pak Paijan paham betul apa yang tengah dirasakan istrinya. Kerinduan yang amat mendalam kepada buah hati. Tak berbeda dengan istrinya, sebetulnya Pak Paijan juga menyimpan rindu yang sangat sangat besar kepada anak tunggalnya. Tapi ia tidak tahu harus berbuat apa. Tak ada no handphone yang bisa dihubungi, tak ada biaya dan tenaga untuk mencari-cari anaknya di Ibukota yang tak jelas dimana alamatnya menetap, begitu juga dengan mengirim surat yang kebetulan alamat surat anaknya itu hilang bersama surat dari anaknya. Sungguh hanya menanti takdir yang diharapkan berpihak kepadanya. Sebuah pertemuan antara orangtua dengan anak kandung yang telah berpisah lima tahun.

"Dongo ae Bu, semoga Bayu pulang dalam waktu dekat. Semoga umur kita juga panjang", jawaban singkat dari Pak Paijan cukup menentramkan hati istrinya. Pak Paijan pun berharap semoga ia bisa melihat pernikahan anaknya itu. Bahagia sekali jika rasanya ada keturunan yang bisa melanjutkan trah keluarga. Itu artinya, cerita tentang dirinya akan menyejarah dan turun temurun kepada anak cucunya.

****

Keterangan:
Kloso : Tiker, alas duduk.
Amben : Dipan tempat meletakkan kasur.
Trah : Silsilah keluarga.

Komentar

  1. Iron Ring - TiN O - TiN O - TiN O - TiN O
    Iron Ring. This Iron Ring titanium hammers is made trex titanium headphones with titanium welding titanium steel titanium ore so that it can be welded into the steel to provide the perfect titanium pots and pans protection. This stainless steel

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan Populer