Karena cinta dan rindu itu.....

Hidup memang tak semudah membalikkan telapak tangan. Begitupun dengan hati yang sakit, tak mudah menguap seperti air yang terkena panas. Setitik noda bersemayam pada hati, sekuat tenaga dikerahkan untuk mengobatinya. Maka berjaga-jaga lebih baik daripada terlanjur sakit. Meski kau tahu sakit itu bukan kamu yang mengharapkan. Meski kau tahu sakit itu juga anugrah tuhan yang diberikan. Aku tak tahu harus menyebutnya apa. Tentang cinta. Kurasa cinta juga salah satu jenis penyakit. Penyakit hati tepatnya. Walau seharusnya kebahagiaan yang didapatkan. Tapi dalam kondisi tertentu, cinta merubah dirinya menjadi penyakit yang mematikan. Apalagi, ketika cinta hadir bersama rindu. Namun tiba-tiba ada benteng kokoh yang tidak bisa kau sebrangi. Maka seperti kanker otak stadium empat, suatu saat dapat menyebabkan mati mendadak. Kau tahu? Malam ini aku merasa sedang jatuh cinta dan juga rindu. Tapi cinta dan rindu itu terasa seperti penyakit yang menyerangku. Aku sakit karenanya. Orang itu, sosok berkacamata yang ku lihat untuk pertama kalinya di taman masjid enam bulan yang lalu. Sejak awal aku melihatnya, aku sudah tertarik dengannya. Meski saat itu belum ada angan tentangnya. Belum ada harapan terhadapnya. Sosok itulah, yang kini membuatku berubah drastis menjadi seperti ini. Biarlah tuhan marah padaku karena bukan pada-Nya niat awal ini ku azamkan. Biarkanlah orang lain berkata apa, karena yang ku tahu aku jatuh cinta padanya. Pada pandangan pertama. Namun ternyata cinta yang ku kejar itu hanyalah sebuah angan kosong. Bukan karena cintaku bertepuk sebelah tangan. Karena aku juga belum mengungkapkan. Hanya saja, tarbiyah yang ku ikuti, berharap karenanya aku dipertemukan sosok berkacamata itu. Ternyata menjadi boomerang bagiku. Kerena tarbiyah ini, aku terkurung dalam diam. Karena tarbiyah ini, aku tak bisa langsung menyatakan cintaku padanya. Karena tarbiyah ini aku terpaksa memendam sekuat tenaga cinta ini. Rindu ku padanya, terpatahkan. Sakit memang. “dik, rasakan dalam diammu cinta itu. Jangan kau nodai dengan mengumbarnya. Tarbiyah yang kau ikuti tidak bermaksud menjerumuskanmu dalam kesakitan karena cinta. Ia tak bermaksud menahan semua perasaanmu. Tapi tarbiyah hanya mengarahkan cintamu agar tidak salah arah. Agar tetap suci. Agar kau mendapat cinta dari-Nya”, begitulah nasihat mba nina saat aku membicarakan perasaanku pada orang berkacamata itu. *** Aku tak bisa tidur malam ini. Hatiku berdegup kencang. Tinggal menunggu jam, maka hari besar esok akan dimulai. Sebuah akad nikah yang akan disaksikan oleh penduduk bumi dan langit. Sebuah amanah baru yang akan diemban dan dipertanggungjawabkan. Pernikahanku dengan orang berkacamata itu, esok adalah harinya. Aku tersenyum malu-malu. Ini memang benar-benar cara-Nya. Jodoh, Allah lah yang mengatur. Dulu aku bersedih hati, tapi malam ini, rasanya aku boleh bergembira. Cintaku pernah tertahankan saat itu. Sempat kumatikan. Namun saat ini aku berjanji, akan ku buat cinta di hati ini seperti musim semi. Selamanya mekar, harum, dan indah. “mba, ceritakan donk kok bisa sih jodoh sama kak alif?”, riana yang menemaniku malam ini bertanya penuh selidik. Kepo deh ah. Aku tersenyum padanya. “Semua itu skenario allah. Mba juga nggak menyangka. Setelah tiga tahun yang lalu cinta itu padam. Ternyata baru bersambut sekarang ini. Pertemuan kami tidak disengaja. Bahkan mba rasa kami dipertemukan di tempat yang indah. Saat kami menempuh pendidikan S2 kami di Tokyo. Musim dingin lalu, kami dikenalkan oleh teman kami”, sedikit aku menceritakan pertemuan ku dengan Alif pada Riana. Dalam hati aku berdoa. Semoga pernikahanku ini akan mendatangkan keberkahan bagi rumahtanggaku. Segala kebaikan ku harap tercucur selamanya. Kebahagiaan meskipun dalam kesusahan semoga menjadi penghiasnya. Allah, terimakasih untuk nikmat-Mu ^_^

Komentar

Postingan Populer