akhiri ini dengan indah...

Alif menatap bintang di langit yang semakin malam semakin terlihat gemerlap. Meskipun malam ini bintang terlihat bersinar terang, tapi tidak dengan hatinya. Hati yang sedang gundah. Hati yang sedang gulana. Sejak sebulan terakhir, memang ada yang mengganggu alam pikirannya. dan akhirnya berujung mengusik hatinya. Sesuatu yang belum pernah ia rasakan. sesuatu yang terus mendesak dirinya untuk menentukan sikap. Sungguh tidak nyaman dengan perasaan seperti ini. Perasaan yang tidak bisa terdefinisikan. Tapi sakit untuk dirasakan. Alhasil, untuk beberapa hari ini Alif tak ingin diganggu oleh siapapun. Begitu pula oleh keisya, kekasihnya.

"Do, lo tau alif dimana nggak? gua hubungi dia beberapa hari ini kok nggak ada respon ya. Sms, bbm, wa, chat, dan line gua nggak ada yang dibalas. Bahkan telpon gua aja nggak diangkat. Gua khawatir", suatu siang keisya menemui dodo, teman dekat alif.
Ketiadaan kabar dari alif cukup membuat keisya bingung. Di satu sisi ia khawatir alif kenapa-kenapa, namun disisi lain keisya merasakan ada perubahan dari dalam diri Alif. Ia pun berusaha menghilangkan pikiran negatif.

"tadi kuliah si ketemu sya. tapi alif buru-buru pergi. Gua juga nggak sempat nanya, dia mau kemana. akhir-akhir ini, gua ngerasa alif berubah deh sya", ternyata apa yang dirasakan oleh keisya juga dirasakan dodo. bahkan dodo pun yang sahabat dekat alif nggak tahu ada apa dengan alif. Sebenarnya ada apa sih. Keisya pun manggut-manggut dan pamit pulang.


***


Kajian sore ini bertempat di masjid Hidayah, kampung karanganyar. Materi kajian diisi oleh ustadz Ghufron dengan tema menata hati. alif duduk paling depan. Sudah beberapa minggu ini alif selalu hadir di acara kajian islami di beberapa masjid di lingkungan kontrakannya. Baju koko dan kopiah rajut warna putih membuat dirinya tampak lebih bersih. Mukanya pun bersinar. Seolah ada kehausan akan ilmu, alif memperhatikan dengan seksama tentang materi yang disampaikan oleh ustadz Ghufron. Diperhatikannya kata per kata, kalimat per kalimat yang mengalir dari sang ustadz. Tak lupa sesekali ia menuliskan point-point yang menurutnya penting untuk diingat dan dipahami.

"cinta itu bergerak seperti kata kerja. Bergerak pada hal yang positif, bukan yang negatif. Bergerak untuk memuliakan kata cinta itu sendiri, bukan malah mengotorinya. Cinta memberikan angin segar pada yang empunya, bukan malah mengirimkan badai yang menyiksa. Kenikmatan cinta itu nyata hingga ke syurga. Bukan sesaat dan semu yang menggiring ke neraka. Kalau akhifillah yang ada disini masih berpacaran padahal mestinya langsung menikah, maka segera putuskan. Mumpung masih ada waktu. Kalau nggak mau putus, ya segera nikahi wanitanya. Jangan buat mainan. Mau ke neraka kok ajak-ajak anak orang. Mending kalau ngajak satu aja. Lha ini, di setiap tikungan ada. Weleh-weleh", tausyiah ustadz Ghufron membuat semua hadirin tertawa. Tertawa yang diikuti dengan ekspresi berpikir. Benar juga apa yang dikatakan ustadz. Seperti itulah yang ada dalam pikiran Alif. Lama-lama kok jadi bingung sendiri.


***


assalamu'alaikum. keisya apa kabar? maaf lama tak menghubungimu. maaf kalau semua usahamu menghubungi ku tak ada yang aku respon. aku tahu kamu sebal padaku, mungkin juga marah. aku ingin bertemu denganmu besok, temui aku pukul lima sore di halaman graha kartini.

Satu pesan singkat telah terkirim ke nomor keisya. Tak ingin merasa bersalah yang lebih dalam, ada baiknya alif segera menentukan sikap. Ia tak ingin menyakiti hati wanita. Ia tahu bahwa wanita tak suka menunggu. Menunggu ketidakpastian. Menunggu dirinya yang tak ada kabar hampir tiga minggu ini. Selama mungkin alif berpikir. Sejauh apapun ia merenung, hatinya tetap berkata tidak untuk meneruskan hubungan cintanya dengan keisya. Bukan karena cinta yang hilang dari hati. Bukan karena kesalahan yang barangkali pernah keisya perbuat kepadanya. Hanya saja, hati kecilnya selalu berkata jangan. Nuraninya mengatakan cukup sampai disini.


***


Sudah setengah jam alif duduk di kursi taman graha kartini. ia sengaja datang lebih awal. Karena alif tak ingin lagi keisya menunggu dirinya. Karena sore ini, Alif lah yang perlu dengan keisya. Ada satu hal yang ingin ia katakan. Maka sepantasnya ia datang lebih awal. Semalaman ia telah mempersiapkan dirinya. Mempersiapkan mentalnya. Dan tentu saja mempersiapkan kata-kata yang akan disampaikan pada keisya. Kata-kata yang semoga tidak menyakiti hati keisya. Kata-kata yang dengan sangat berharap semoga keisya bisa memahami dan menerimanya. Dari kejauhan akhirnya sosok yang ditunggu itu datang juga. Sosok yang sebenarnya masih ia cintai hingga detik ini. Sosok yang pernah mengisi hari-harinya dengan perhatian juga kasih sayang. Sosok yang sudah cukup lama tidak ia temui.


***


Ada yang berbeda. Ada yang hilang. meskipun tiga minggu alif meninggalkan pertanyaan kepada keisya tentang keberadaan dan kabarnya. Ia merasa baik-baik saja. Namun, usai pertemuan tadi di graha kartini. Ia merasa ada kesedihan menyelusup dalam hatinya. Ah.. mungkin ini memang efeknya. Nggak usah terlalu dipikirkan. Nanti juga sembuh. Saat ini tinggal fokus saja dengan rencana yang sudah ia susun. Ia sudah mantap sebelumnya, sekarang tinggal meyakini bahwa keputusan yang ia ambil adalah yang terbaik untuk dirinya dan juga keisya. Masih terbayang jelas pertemuan sore tadi. Untuk terakhir kalinya alif menatap pekat pada wajah keisya. Terlihat ada perubahan di matanya. Butiran kristal itu seakan berdesak-desakan ingin segera keluar dari mata lentiknya. Dan akhirnya pun, terjatuh membasahi pipinya.

"sya, apa kabar? terimakasih sudah datang kemari", alif tersenyum menatap keisya. yang ditanya hanya terdiam dan tertunduk. Hening. dan dunia terasa sempit.

"maaf lama tak mengabarimu. Aku baik-baik saja. Sebulan terakhir ini, aku memang lebih suka menyendiri", meski tak ditanya alif mengatakan saja. Karena ia tak tahu juga harus berkata dari mana. hatinya pun berat.

"sya, sejujurnya, ada pergolakan batin dalam diriku. Tiga minggu lalu aku mencoba menguraikan pergolakan batin itu. Namun setiap keping yang kutemukan, yang kucari dalam perenunganku, ternyata yang ku temukan adalah aku harus mengakhiri hubungan kita. Sebisa mungkin aku mencari alasan, untuk menepisnya. Harusnya bukan ini kepingan itu. Tapi tetap saja hati ini berat sya. Aku tak bisa melanjutkan hubungan kita. Maafkan aku".

Alif tak kuasa menahan gejolak di hatinya. Perih sekali ternyata untuk berkata seperti ini. Kuatkan ya allah...

Sementara itu alam pikiran keisya telah lebih dulu memakluminya. Ia pun tidak marah ataupun sebal. seminggu yang lalu keisya telah mendapatkan jawabannya. Ia mengetahui secara tak sengaja. Dari laura, teman sekelasnya.

"sya, alif itu pacarmu kan? beberapa minggu ini sku sering liat dia datang ke kajian islam. seneng deh sya liatnya. ayo kapan kamu ikut kajian? dateng bareng aku yuk

"bukan karena aku memiliki wanita lain sya. Atau karena kamu punya salah padaku. Semuanya masih seperti dulu. Tak ada yang berubah. Hanya saja, nuraniku berkata hubungan kita cukup sampai disini. Ku harap kamu bisa memahaminya. Ku mohon jangan marah padaku. Maafkanlah aku. karena aku ingin mengakhiri ini dengan baik-baik saja. Kita masih bisa berteman bukan?", sekali lagi alif menegaskan keinginannya dan juga harapannya. Meskipun berat, tapi ada kelegaan dalam hatinya.

"aku tahu alif. Aku tak marah kepadamu. Aku sudah memaafkanmu. Kalau ini yang kau inginkan, aku akan menyetujuinya. Ku kira ini akan lebih baik untuk kita bersama. Maafkan aku untuk sebelumnya. Terimakasih untuk beberapa waktu yang pernah kita lalui bersama", berusaha tegar keisya mengucapkan kata-kata yang menyejukkan alif. Dan juga hatinya. Berharap ia pun bisa mengikuti jejak alif. Dalam hatinya ia juga ingin lebih baik. Mungkin ini tatapan terakhirnya pada alif. Dan keisya pun tersenyum tegar.




Komentar

Postingan Populer