Merapi dari dekat

Buat orang-orang seperti saya yang bukan asli Yogyakarta, pastinya penasaran banget dengan wisata-wisata yang ada di Yogyakarta. Selain Pasar Bringharjo dan Malioboro serta Keraton Yogya-nya yang terkenal, Yogyakarta juga dikenal dengan destinasi alamnya yaitu Wisata Gunung Merapi. Dari dulu, bener-bener ngiler banget sama tuh gunung. Pengen banget bisa lihat LIVE, seperti apa sih sebenarnya gunung yang masih tergolong aktif ini. Dari beberapa bencana alam yang ditimbulkannya beberapa tahun lalu, rupanya tak mengurangi minat masyarakat untuk berkunjung ke Merapi. Selain penasaran, pasti ada historisnya yang bisa diambil pelajaran.

Beberapa bulan di Yogya, rupanya belum ada kesempatan main kesana-kemari. Kedatangan saya ke Yogya, disambut dengan kelangkaan BBM, setelah itu kenaikan harga BBM, dan setelah itu SIM saya yang expied. Haduh... sederet daftar tempat wisata yang ingin dikunjungi akhirnya masih terbatas di dalam angan-angan. Kasihan banget. hehehe...

Akhirnya, tanpa rencana yang matang (biasanya kalau direncanain bener-bener malah nggak jadi pergi. iya nggak?), alhamdulillah berkesempatan mengunjungi tempat wisata yang tersohor di Yogya ini, Merapi. Yah,,, Merapi.

Dengan hanya berempat, akhirnya akhwat-akhwat tangguh bin heboh ini nekat pergi motoran ke Kaliurang. Nama tempat wisata, disinilah kami mulai start perjalanan ke Merapi menggunakan mobil JIP. Berangkat dari rumah jam 9, mampir dulu ke kosan teman di Palagan. Sampai di kosan, ngobrol dulu mengenang Tsunami Aceh untuk yang ke-10 tahun. Kebetulan salah satu teman adalah orang Aceh. Tidak terasa sudah pukul 11 siang. Daripada keburu sore, kami cut cerita Aceh sampai disana, dan melanjutkan perjalanan menuju Kaliurang.

Sesampainya di Kaliurang, gerimis dan hujan menyambut kami. Berbarengan dengan suara adzan dzuhur yang menggema di mushola. Salah satu fasilitas wisata di Kaliurang. Kami putuskan untuk sholat dhuhur terlebih dahulu. Tetesan air wudhu yang super dingin, tidak menggoyahkan niat kami untuk mendirikan sholat di awal waktu. Alhamdulillah, akan lebih nyaman berwisata jika kewajiban kita telah tertunaikan. Betul kan?

Usai sholat, hujan masih mengguyur deras Kaliurang, dan sepertinya akan awet. Antrian JIP pun begitu ramai. Banyak wisatawan menunggu di bawah tenda yang disediakan. Rupanya, hari minggu 27 Desember 2014 bertepatan dengan libur para pelajar sekolah. Pantas saja jika Kaliurang begitu ramai, bahkan parkir pun dipenuhi dnegan bus-bus besar. Harga yang ditawarkan untuk mobil JIP selama putaran waktu 2 jam sebesar Rp 350.000,-. Angka yang cukup fantastis hanya untuk kami berempat. Mahal. Sambil berpikir bagaimana caranya supaya dapat murah, nikmati dulu jagung bakar kaliurang. Lima ribu rupiah untuk satu janggolnya. Lumayan.

Usai ngemil jagung bakar, kami putuskan mencari JIP di taman rekreasi Kaliurang. Rupanya tak didapati mobil JIP. Ah, kebetulan perut pun sudah keroncongan. Ya sudahlah makan dulu. Sate ayam dan kelinci menjadi santapan perut-perut kami yang lapar dan badan yang kedinginan. Sambil makan, kami mencari tahu sewa JIP dari tukang sate. Alhamdulillah dapat. Rupanya harga tak dapat dinego, Rp 350.000 adalah harga mati karena wisata kami bertepatan dengan liburan sekolah. Harga pun menjadi naik. Daripada sudah jauh-jauh tak jadi ke kaki Merapi, tak apalah kami terima harga itu, meskipun sedikit tersayat hati ini. Harapan di bawah 50.000 tak terpenuhi. hahahaha... inilah kami, anak kosan ^_^

Untuk pertama kalinya, saya naik mobil brandalan begini. Biasanya mah mobil AC tertutup. Kalau yang ini AC sangat terbuka. Angin cepoi. Keren dah.... Kebetulan dapat sopir yang suka tantangan, lebih tepatnya nggaya. Jadilah dilewatkan ke jalur-jalur yang becek dan nggak ada ojek. Spot jantung kulo mas...

Perjalanan dari Kaliurang ke Merapi sekitar 30 menit karena kami mampir ke museum mini merapi. Sebuah rumah bekas yang tak dihuni, sisa sejarah Merapi tahun 2010. Terdapat barang-barang yang tertinggal dengan bentuknya yang tak karuan rupa. Sebagai saksi mati bahwa pernah ada kuasa illahi yang tak bisa orang lain menantangnya. Beginilah merapi. Mengajarkan pada saya bahwa alam pun dapat memberontak. Atas kebodohan manusia dalam bertauhid, atas kesombongan manusia dalam bersikap, dan atas kejahatan manusia dalam merusak alam. Semuanya terbungkus dalam berton-ton muntahan lahar panas yang mematikan.

Merapi, dibalik jemuran di kosan ku kau begitu indah rupa. Dari dekat aku mengagumimu, terlebih yang menciptakanmu. Dari jauh aku berharap kau selalu tenang dengan kesejukanmu kini.



Komentar

Postingan Populer