Matahari Pergi

Aku duduk bertikar pasir yang terhampar disejauh mataku memandang. Meskipun basah meresap dalam celana kulotku, tapi bagiku, duduk di pantai melihat senja yang mulai terbenam, adalah sesuatu yang selalu aku rindukan. Aku menatap sinar mentari di kejauhan sana, seakan ia ingin berkata, "Hai, aku pergi dulu ya. Sampai ketemu besok".

Sungguh matahari adalah makhluk Tuhan yang setia dan juga perkasa. Betapapun lelahnya ia menyinari semesta, tentu hanya ia yang paling menderita karena harus menahan panasnya sendiri. Ah, sementara di laut selatan pulau jawa ini, aku memandanginya dengan dungu. Selama ini hanya aku nikmati saja pemandangannya tanpa aku pernah menjelajahinya dalam firman-firman kauniyah. Kemana saja aku?  Sementara sang legenda dan petualang, telah meraup dengan penuh segala hal tentang samudra dalam ekspedisi-ekspedisi keyakinannya.

Kau ingat Ibnu Battuta? Seorang muslim yang lahir dari bumi Maroko. Meskipun tak pernah sedetikpun ia mengenyam ilmu astronomi atau kelautan, sungguh dalam hatinya tersimpan keyakinan yang membuatnya berani melangkahkan kaki. Setidaknya 30 tahu ia telah melanglang buana, melawat di banyak negara, mengambil ilmu darinya dan yang terpenting adalah melawan rasa takut yang ada pada dirinya sendiri. 72 ribu mil ia menjelajah dunia yang kisahnya ia abadikan dalam karya tulisnya berjudul RIHLA. Tak heran, jika Brockellman, seorang ahli sejarah menjajarkan Ibnu Battuta dengan Marcopolo. Seorang penjelajah yang menurut pengakuannya telah menemukan unicorn di Pulau Sumatra. Hhhh... Aku menghela nafas. Semilir angin malam mulai menyapa wajahku bersama air laut yang ua bawa. Lengket. Sudah saatnya sholat maghrib!!

Komentar

Postingan Populer