Undangan Pernikahan Warna Merah Muda

Arya masih sembunyi di kamarnya. Lelaki berusia 25 tahun itu tak ingin melakukan aktivitas apapun usai shubuh tadi. Biasanya, hari  libur begini ia selalu ribut ngajakin temen-temen satu kosannya untuk olahraga di lapangan kampus. Tapi tidak untuk hari ini, Ia ingin sendiri, menyendiri dari keramaian. Ia tidak sedang sakit secara lahiriah, karena ia tidak demam, batuk, pilek, muntah-muntah atau gejala apapun yang biasanya ditunjukkan oleh orang yang sednag sakit. Tapi sebenarnya yang sakit ialah hatinya. Hatinya yang kini sedang terluka, bak diris oleh pisau tajam. Hatinya tersayat, menghujam kuat, dan akhirnya pun merana.

Arya sendiri tak habis pikir, mengapa sampai sedemikian parah rasa sakit yang mendera hatinya. Sejak menerima undangan pernikahan seorang wanita yang selama ini ia kagumi, ia cintai, dan tentu saja ia dambakan kelak dapat menjadi istrinya, hatinya mulai sakit. Kini, undangan merah muda berpita merah itu ada di gengamannya. Matanya hanya memandanginya sejak tadi pagi. Terukir nama panjang dengan ukiran tinta emas pujaan hatinya, Ratih Dianawati, SPd. Sementara di atasnya terukir nama pria lain, bukan dirinya, Raden Aryo Sahaja, ST. Ah... air mata arya sudah mengering... Dalam sujudnya di saat sholat shubuh tadi, ia tersungkur lama sekali... Arya sesenggukan, meminta hatinya diberi keihlasan untuk melepas sang pujaan hati ke pria lain. Meminta dijadikan hatinya ridha menerima apa yang sudah menjadi ketetapan Tuhan.

Cinta... membuat seseorang mampu berekspresi di luar kebiasaannya. Kadang bahkan du luar kesadarannya. Mudah sekali terbaca orang lain ketika perasaan cinta hadir dalam hati seseorang. Pria maupun wanita. Sama hal nya dengan Arya, begitu kuat ia memendam rasa cinta itu sendiri dalam hatinya. Tak ada yang tahu menurutnya. Tapi ternyata ia salah, sahabatnya telah lama mengetahui perasaan cinta Arya kepada sang Ratih. 

Joko adalah sahabat dekat Arya di kampus. Meskti tak berada di sesama fakultas, tapi sejak awal masuk mereka telah bersama-sama berada di organisasi yang sama. Lembaga dakwah kampus. Begitupun dengan Ratih, yang ternyata pernah berpartner dalam satu event bersama Arya. Joko adalah sosok sahabat yang welcome, humor, dan santai. Arya merasa nyaman dan senang ketika ngobrol atau diskusi dengan Joko, begitupun sebaliknya. Sampai suatu saat, ketika Joko dan Arya masih duduk santai di bawah gazebo kampus, mereka melihat Ratih lewat di depan mereka. Joko sedang asyik dengan laptop di depannya, sementara Arya entah dengan sengaja atau tidak, menatap cukup lama ratih yang lewat di depannya. Ketika Joko melihat kejadian itu, ia sudah mengira ada sesuatu yang terjadi pada Arya. Maka ia pun menepuk bahu Arya, "Hey akhi, istighfar... ghadul Bashar akh...". Arya terlihat malu dan canggung, kemudian ia beristighfar dan segera membuka laptopnya.

Sementara itu, Ratih adalah sosok idaman wanita bagi semua pria. Secara fisik dia memang cantik, putih, dan tinggi serta berat badannya sangat proporsional. Di samping itu, Ratih adalah wanita yang periang, mudah beradaptasi, cerdas, dan loyal terhadap apapun yang dia punya. Sungguh wanita idaman. Arya tak melihat satu kekurangan apapun terhadap Ratih, kecuali Ratih tak bisa mengendarai motor.

***

Siang ini, Joko hendak berkunjung ke kosan sahabatnya. Cukup lama mereka tidak saling mengunjungi, dan mumpung hari libur, Joko hendak mengunjungi sahabatnya.

Sebelum sampai ke kosan Arya, Joko mampir ke toko buah untuk membeli sedikit oleh-oleh. Hal tersebut sudah biasa mereka lakukan ketika saling mengunjungi. Saling membawa hadiah ataupun buah tangan merupakan sunah yang diajarkan oleh Rasulullah saw kepada umatnya.


"Assalamu'alaikum wr wb...", terdengar suara salam sang sahabat dari luar. Arya telah sangat menghafalnya. 
"Wa'alaikumsalam wr wb", jawab Arya sambil berjalan ke arah pintu hendak membukakannya. Usai Sholat dhuhur berjama'ah di masjid, sedikit banyak hati Arya mulai nyaman. Terlihat di depan pintu sosok Joko sahabat Arya yang telah ia rindukan kehadirannya.

"Subhanallah akhi... ada tamu agung rupanya.. dengan siapa kesini?", tanya Arya kepada Joko sembari menyalami dan memeluk erat. Cukup lama. Ada perasaan getir yang ingin ia sembunyikan dari sahabatnya itu. Tapi nampaknya Joko dapat menangkapnya, sesuatu yang terasa negatif. Dalam hati joko berbisik, ada sesuatu yang terjadi pastinya pada sahabatnya itu. Begitulah.. ketika ukhuwah sudah terbangun, pasti akan terasa sesuatu yang disembunyikan oleh saudaranya.

"Arya... bagaimana kabar antum? kayaknya kok kurusan, sakit ya?", tanya joko ingin tahu kabar saudaranya.

"Cuma ndak enak badan beberapa hari ini, ayo masuk-masuk akh joko", Arya mempersilahkan Joko memasuki petak kamar yang luasnya 5x5 meter itu. 


Kamar berbentuk segiempat yang tak cukup lebar itu dihuni oleh satu orang. Hanya berisi satu kasur di lantai, satu lemari baju yang nggak besar, satu rak buku, dan satu meja belajar beserta kursinya. Begitulah kosan laki-laki, sangat sederhana. Tak seheboh kosan perempuan.  Kamar Arya tertata rapi, bersih, dan tentu saja harum. Arya adalah pria yang sangat memperhatikan kebersihan, mulai dari dirinya sendiri dan juga lingkungan tempat tinggalnya, termasuk kebersihan kamarnya ini. Ia sepakat dengan hadist Rasulullah bahwa kebersihan merupakan sebagian dari iman. Seseorang yang terlihat rapi dan bersih dapat menggambarkan kebersihan hati dan imannya. 

Joko dan Arya duduk di lantai, mereka saling mengobrol tentang aktivitas mereka selama satu minggu ini. Ya, hampir satu minggu mereka tidak bertemu, rasanya sudah rindu berat. Oleh-oleh jeruk yang tadi dibeli Joko di toko buah menjadi cemilan manis bagi mereka yang sedang saling melepas kerinduan. 

"Antum sudah dapat undangan dari ukhti ratih belum akh? Kayaknya minggu depan walimahannya", tiba-tiba Joko menanyakan sesuatu yang sebenarnya sedang sangat sensitif bagi hati Arya. 

Sambil sedikit menarik nafas dan tersenyum, Arya menjawab dengan penuh perasaan, "Alhamudulillah sudah akh.. antum mau datang?".

"Insyaallah diusahakan ikut hadir... antum bagaimana?", pertanyaan yang sangat membingungkan untuk di jawab. Arya terdiam cukup lama. Ingin rasanya ia tidak hadir, tapi tidak enak karena minggu depan ia pun belum punya agenda. Tapi kalau hadir, ia tak dapat membayangkan betapa sakit hatinya melihat Ratih bersanding dengan pria lain.

"Akh Arya... kok malah bengong. Udah dateng aja, nanti bareng ana. Antum harus kuat!", jawab Joko mengagetkan Arya. Bagaimana Joko tahu perasaan yang terpendam dalam hati Arya? Padahal ia tak pernah menceritakan pada siapapun.

"Antum jangan kaget gitu donk.. kelihatan tuh dari ekspresi antum. hehehe... Sebenarnya, ana sudah tahu akh kalau antum ada feeling sama Ratih. Ana bisa membaca dari gelagat antum kalau pas ada Ratih dalam event-event kita di kampus. Ana bisa membaca itu. Antum terlihat canggung, dan ya... gitulah.. ciri-ciri orang jatuh cinta. Selama ini, ana jadi mengamati antum. Nggak ketahuan kan?hehehehe", Joko menceritakan apa yang sebenarnya ia ketahui tentang sahabatnya itu. Joko hanya tersenyum lalu tertunduk.

"Sudahlah akh, ana tau perasaan antum bagaimana. Tapi jodoh sudah ada yang mengatur. Semoga antum diberi keridhaan dan keikhlasan untuk melepas Ratih pergi dari hati antum. Minta kekuatan dari Allah dan pengganti yang lebih baik darinya. Saatnya antum untuk berbenah diri supaya diberikan yang sekufu dengan antum. Dan buka hati antum untuk orang lain. Mudah-mudahan kita semua diberikan keistiqomahan untuk tetap berjalan di jalan-Nya yang lurus", panjang lebar Joko manasihati Arya.

"Jazakallah akh... antum memang saudara sekaligus sahabat ana yang terbaik. Bahkan di saat ana tak menceritakan apapun yang terjadi pada antum, antum mengetahuinya dengan persis. hehehehe.... Untung antum kesini hari ini, jadi bisa menghibur ana yang sedang patah pati.. Kalau seperti ini berlaku lagu mending sakit gigi daripada sakit hati ya akh... heheheh", Arya mulai merasa lebih baik dengan hatinya.

"hahaha... antum ada-ada aja, nanti giliran sakit gigi antum bilang mending sakit hati? Satu hal yang pernah ana dapatkan dari teman ana akh, bahwa ketika kita sedang menderita VMJ jangan pernah kita menjauh dari teman-teman seiman. Karena ketika kita sudah menjauh, sulit bagi saudara kita untuk menarik diri kita ke lingkungan yang baik ini", Joko menambahkan satu conclusion yang bisa menguatkan Arya.

Arya mengangguk-angguk..."iya, antum benar akh".


Sekian..................... Sekian............................. Sekian..............................




Komentar

Postingan Populer