Saat Ragu Menikah…..






Ada banyak hal yang kita fikirkan saat niat bulat menikah sudah mendiami hati kita. Semua hal itu, seringkali menambah keraguan akan perwujudan niat yang sudah bulat tadi. Tak jarang, akhirnya mengendurkan semangat menggenapkan dien.

Banyak buku atau referensi yang sudah habis kita lahap untuk dibaca, kita pun rutin mengikuti kajian-kajian atau dauroh menikah, lalu kita juga mengikuti seminar dan training menikah yang berbayar, juga silaturahim kepada murabbi, ustadz, ustadzah atau orang-orang yang sudah menikah dan sukses dengan pernikahannya. Semuanya itu dalam rangka usaha kita meneguhkan landasan kuat bagi kita untuk menikah.

Para ustadz atau ustadzah dalam materinya seringkali menggambarkan kelebihan atau kenikmatan saat sudah  berumah tangga. Juga kesuksesan orang-orang yang berumah tangga. Meskipun dijelaskan pula permasalahan-permasalahan dalam rumah tangga dan beberapa contoh orang yang gagal dalam membina rumah tangganya. Dalam forum halaqoh kita pun, seringkali diulas tentang pernikahan, bahkan disengaja membedah buku tentang pernikahan agar tercipta pemahaman yang syumul atas esensi pernikahan yang sebenarnya. Namun juga, semua itu, membuat kita ragu-ragu untuk tetap pada pilihan dalam niat yang sudah bulat tadi.

Saudaraku, menikah adalah ibadah, dan syetan tidak suka ketika manusia begitu ingin menjalankan dan menyempurnakan ibadah-ibadah itu. Karenanya, banyak cara yang dilakukan syetan untuk melunturkan niat kita yang mulia. Segala macam hal dilakukan syetan dengan membisikkan kalimat-kalimat sesat agar kita mengikutinya. Kalaupun menikah, maka syetan merayu kita untuk mewujudkannya dengan cara berdosa. Dan seandainya mundur, bisa jadi itu juga cara dari syetan untuk mengganggu kita dari kesungguhan beribadah. Karena dengan sendiri, akan lebih mudah syetan menggoda kita. Menghadirkan wanita-wanita cantik atau pria-pria tampan di hati yang memperpanjang masa zina hati. Astaghfirullah….

Dalam setiap referensi baik itu dari sumber bacaan atau dalam majelis-majelis tentang materi pernikahan, biasanya akan ditutup dengan kesempurnaan niat. Memang betul, niat adalah segala-galanya bagi seseorang yang akan melakukan suatu aktivitas. Termasuk halnya dengan keinginan menikah. Menyempurnakan dan menjernihkan niat adalah hal yang sulit. Di satu sisi kita sebagai manusia memiliki keinginan-keinginan terhadap calon suami/istri kita, dan juga rumah tangga idaman yang kita impikan akan dibangun bersama siapa. Namun disisi lain, manusia harus bertawakal, menyerahkan sepenuhnya kepada Allah swt yang berkuasa atas segala sesuatu. Karenanya, kita perlu ikhlas, luaskan ruang ikhlas dalam hati kita saat kemantapan menikah itu sudah hadir dalam hati. Dan juga, sediakan ruang untuk satu kata bernama “ridho atau keridhoan” atas takdir Allah yang nantinya tidak sesuai dengan harapan kita. Kita harus memahami bahwa takdir allah adalah yang terbaik untuk kita. Menerimanya dengan ridho akan lebih melapangkan hati kita dalam menjalani takdir itu. Karena mau tidak mau, takdir yang tidak sesuai dengan harapan kita itu, akan tetap kita jalani bukan?

“Bila kamu tidak menyukai mereka maka bersabarlah, karena boleh jadi kamu tidak senang terhadap mereka, padahal Allah menjadikan dibalik itu kebajikan yang banyak” (QS. An-Nisa : 19)

“Mungkin saja engkau membenci sesuatu padahal ia lebih baik bagimu” (QS. Al-Baqoroh : 216)

Karena itu, ikhlas dan ridho harus kita pegang dan kokohkan di dalam hati kita. Karena ikhlas dan ridho adalah dua hal yang berbeda, namun keduanya adalah perisai bagi diri kita untuk menghadapi masalah-masalah yang seringkali datang mengejutkan.

Komentar

Postingan Populer