Dilema Aktivis Dakwah 1 (keluarga)

Seringkali kita merasa dekat dengan sahabat ketimbang keluarga, kenapa? Seringkali kita merasa dekat dengan rekan kerja ketimbang keluarga, kenapa? Seringkali kita merasa dekat dengan tetangga ketimbang keluarga, kenapa? Padahal sejatinya sahabat, rekan kerja dan tetangga bukanlah keluarga kita. Mereka hanyalah orang-orang diluar ikatan darah yang telah mengalir deras dalam urat nadi. Namun, banyak dari sebagian orang yang merasa sulit mendekat dengan keluarganya. Perasaan yang merasa jauh itu hadir begitu saja di tengah-tengah kenyataan bahwa mereka tinggal dalam satu atap rumah dan intensitas bertatap muka itu setiap hari adanya. Tidak ada masalah yang berarti, tidak ada kekacauan dalam rumah tangga itu, tidak ada pertengkaran dalam rumah tangga itu, hanya saja semuanya terasa jauh. Kering dan hampa. Ucapan cinta yang semestinya mengalir tanpa batas antar anggota keluarga terasa kaku untuk diucapkan. Sikap perhatian dan tanda sayang dengan hadirnya sebuah kecupan terasa berat untuk dilaksanakan. Bahkan ekstrimnya sekedar do’a-do’a kebaikan pun lupa untuk dipanjatkan. Ya rabbi… ada apa ini?

Barangkali semua itu berawal dari tidak terbangunnya komunikasi efektif antar anggota dalam keluarga. Saat usia rumah tangga masih terbilang baru, kemudian hadirlah buah hati pertama yang masih lucu dan imut, barangkali saat itu rumah tangga masih sangat harmonis. Namun seiring beranjak dewasanya sang anak, mereka pun menemukan lingkungan yang baru, mungkin saat itulah titik awal dimulainya sebuah perubahan komunikasi dalam rumah tangga. Ditambah pula dengan sang suami yang semakin naik kariernya dalam pekerjaan, akhirnya seringkali disibukkan dengan urusan di luar kota. Dan seorang ibu yang banyak terlibat dalam kegiatan sosial yang menyita waktu. Otomatis semua itu akan berpengaruh pada hubungan dalam sebuah kelurga jika tidak diimbangi dengan komitmen saling menjaga.

Banyak diantara orangtua yang beranggapan bahwa ketika anak sudah bisa menghadapi lingkungan yang baru, bertemu dengan teman-teman barunya, orangtua merasa tak perlu memberikan sebuah kecupan atau pelukan kepada anaknya. Akibatnya, anak pun akan merasa malu ketika suatu kali orangtua ingin menunjukkan kasihsayang mereka dengan seperti itu. Sesuatu yang menjadi tabu untuk dilakukan karena tak dibiasakan. Selain itu, kesibukan yang ada, membuat masing-masing dari anggota keluarga asyik dengan dunianya sendiri. Fungsi dan peran di dalam keluarga sebenarnya berjalan. Tapi sayangnya tidak ada interaksi. Ibu dengan tanggungjawabnya memasak di dapur dan pekerjaan rumah tangga lainnya. Dan juga aktivitas di luar rumah yang masih banyak menunggu. Ayah dengan tanggungjawabnya mencari nafkah bagi keluarga di luar rumah. Dan sang anak pun disibukkan dengan aktivitas belajar dan bermain. So far, semuanya berjalan dengan semestinya. Namun tetap saja, ada yang terasa jauh.

Sementara itu, jika dibandingkan dengan lingkungan di luar rumah, masing-masing begitu ringan dan santai untuk saling mengobrol dan berdiskusi. Bahkan ucapan cinta, sayang, terima kasih, permintaan maaf, pujian, dorongan, motivasi, dan perhatian semuanya begitu mudah terucap dan ditunjukkan. Ada apakah ini? Mungkin saja perasaan itu bukan hanya bagi mereka yang orang-orang biasa saja, tetapi juga seorang aktivis dakwah. Para aktivis dakwah sejatinya adalah mereka yang paham dengan sasaran dakwahnya. Berawal dari diri sendiri dan tentu saja orang-orang terdekatnya yakni keluarganya. Tapi kenyataannya banyak aktivis dakwah yang kesulitan ketika harus berdakwah di dalam keluarganya. Hal ini karena mereka merasa ada jarak yang jauh dengan keluarganya. Sementara terhadap rekan-rekan dakwahnya para aktivis dakwah merasa lebih dekat.

Oleh karena itu, tidak ada jalan lain kecuali kitalah yang memulainya. Menunggu Ayah, Ibu, Kakak atau adik kita untuk memulai membangun komunikasi yang baik mungkin butuh waktu yang lama. Belum tentu juga mereka merasakan hal yang sama dengan kita, bahkan mungkin tidak terpikirkan dalam benaknya bahwa ada jarak antara Ayah, Ibu, Kakak, dan Adik. Bahwa ada kehampaan di dalam keluarga.

Bagaimana cara memulainya? Janganlah merasa malu untuk menunjukkan perhatian yang lebih dari pada biasanya. Sering-seringlah menanyakan kabar anggota keluarga kita, terutama jika kita tidak berada dalam satu rumah, merantau misalnya. Walau sekedar menyapa dengan pesan-pesan pendek melalui handphone, setidaknya itu menunjukkan bahwa ada perhatian dari kita. Apalagi jika kita lakukan secara rutin dan konsisten, terlebih jika kita mau menelpon secara langsung. Suara Ayah dan Ibu yang kita dengar akan memberikan semangat yang lebih baru bagi diri kita.

Begitu pula dengan saudara-saudara kita. Kepada kakak atau adik, janganlah sungkan untuk bertanya akan kesibukannya. Kadang-kadang kita bahkan harus menyentuh pada sisi perasaan atau emosionalnya. Seperti barangkali sudah mengenal cinta kepada lawan jenis atau tentang pendidikan yang sedang ditempuhnya maupun tentang pekerjaan yang baru dimulai atau dirintisnya. Berceritalah, dan dengarkanlah mereka berkeluh kesah. Semua itu tentu juga disesuaikan dengan usia saudara teman-teman semua. Barangkali ada yang sudah berumahtangga, maka sentuh dan sapalah pada sisi kerumahtanggaannya. Kadangkala sebagai saudara, kita merasa tidak ingin ikut campur terhadap masalah keluarganya. Sementara saudara kita merasa tidak ingin mengganggu waktu-waktu kita dengan segala permasalahannya. Padahal itulah gunanya saudara bukan? Gunanya keluarga. Saling memberikan dukungan saat salah satu diantaranya ada yang memiliki masalah. Keluarga juga merupakan tempat kita menemukan solusi dari pendapat-pendapat keluarga kita. Meminta pendapat mereka berarti kita juga menghargai keberadaan mereka. Kita mengakui adanya mereka sebagai saudara sedarah bagi diri kita.

Selain itu, pada saat hari-hari bahagianya, misalnya saat hari lahir. Berikanlah ucapan dan do'a bagi anggota keluarga kita. Bila memungkinkan berikan sedikit bingkisan atau pelukan sebagai tanda bahwa kita peduli pada mereka. Atau hari-hari tertentu yang menyimbolkan keberadaan anggota keluarga kita seperti hari Ibu atau hari Ayah. Saya rasa bukan hal yang buruk saat kita mengucapkan do'a dan memberikan hadiah pada hari itu. Berbeda dengan hari valentine yang memang sudah dibumbui dengan propaganda atau semacamnya. Tidak semua orang bisa dan mudah memberikan ucapakan kasih sayang dan kepedulian pada keluarganya, terutama untuk Ayah dan Ibu. Dan pada hari Ayah atau Ibu mudah-mudahan kita bisa memulai untuk mengucapkan terimakasih dan rasa kasih sayang kita kepada mereka hingga seterusnya di luar hari-hari itu kita terbiasa mengucapkan kata terimakasih dan maaf. Sebagian keluarga di luar sana mungkin sangat easy untuk mengatakan"mama, i love you", atau "papa, i miss you", tapi bagi sebagian orang lain kata-kata itu terasa kaku untuk diucapkan sekalipun kepada keluarga kita. Bahkan untuk sekedar terimakasih dan maaf pun kadang tak sampai keluar dari mulut, meski dalam hati ingin sekali mengutarakan.

Well, semua itu memang harus diusahakan dari kita, para aktivis dakwah. Jangan sampai menyesal di kemudian hari. Toh, pada saatnya nanti kita akan berkeluarga, hitung-hitung kita belajar membangun komunikasi untuk keluarga kecil kita kelak. Jangan menggerutu jika mungkin semua ini kesalahan pendidikan dalam keluarga kita, misalnya dengan menyalahkan orangtua kita yang tidak mengajari kita untuk berkata-kata 'cinta' dan 'sayang' kepada sesama anggota keluarga. Ayah-Ibu kita, mungkin dahulu tidak membiasakan kepada kita, anak-anaknya, untuk terbiasa berkata-kata 'cinta' dan 'sayang' baik kepada orangtua kita sendiri maupun kepada saudara-saudara kandung kita. Hingga pada akhirnya saat ini kita merasa aneh bila mengatakan seperti itu. Setidaknya, jika melalui kata-kata kita begitu sulit untuk mengungkapkannya, maka lakukanlah dengan perbuatan. Tunjukkan bahwa 'cinta' dan 'sayang' yang kita berikan untuk keluarga kita adalah dengan kepedulian kita pada mereka. Bagaimanapun caranya, pasti diri kita sendirilah yang paling tahu ^-^

Semoga tulisan ini bermanfaat, diri yang menulis ini juga masih belajar untuk menunjukkan sikap peduli kepada keluarga. Terutama untuk Ayah dan Ibu, lalu untuk adik-adikku ^-^










Komentar

Postingan Populer