Ucapkan GOOD BYE pada rasa MINDER.....




Beberapa waktu lalu, ketika saya masih memiliki amanah untuk menjadi asisten BBQ (Bimbingan Baca Qur’an) di kampus, setiap tahunnya pasti akan bertemu dengan para mahasiswa baru. Kurang lebih dalam satu kelompok BBQ saya, terdiri dari 8-10 orang yang semuanya tentulah mahasiswa perempuan. Kebetulan di kampus saya BBQ merupakan bagian dari matakuliah Pendidikan Agama Islam yang diwajibkan bagi setiap mahasiswa baru. Alhamdulillah,, selama menjadi tutor, banyak pengalaman yang didapatkan. Suka duka pasti ada. Suka ketika didapati perubahan yang lebih baik pada adik-adik praktikan, apalagi kalau mau ikut follow up atau meneruskan BBQ nya. Dukanya ketika ternyata adik-adik praktikan tidak lagi seperti dulu (saat dalam BBQ), yah... katakanlah nggak follow up lagi :-(
 
Dalam setiap kesempatan pada kelompok yang berbeda, saya selalu mencoba untuk menguraikan kelebihan dan kekurangan dari masing-masing praktikan saya. Saya mengetahuinya dari cara mereka menanggapi setiap pertanyaan yang saya ajukan ketika halaqoh, keaktifan mereka di dalam kelompok ketika sedang BBQ, sikap mereka terhadap saya dan teman-teman sekelompoknya, dan kadangkala melalui sesi sharing, saya justru bisa mengetahuinya secara langsung. Akhirnya, saya dapat menyimpulkan bagaimana karakter dari masing-masing praktikan saya. Ada yang melankolis, pragmatis, korelis, dan ada juga yang sanguinis. Tentu saja masing-masing memiliki kelebihan dan kekurangan.

Hemmmm... ada satu karakter dari salah satu praktikan saya yaitu sifat MINDER. Entah mengapa begitu sulit untuk nya ketika harus berbicara dalam waktu yang formal (saat BBQ). Padahal saya berusaha untuk membuat situasi dan kondisi nyaman dan fun. Mungkin karena di awal-awal, sehingga masih ada rasa-rasa gugup, dan akhirnya kata yang terucap berbelit-belit dan sulit untuk dimengerti. Karenanya, untuknya harus dipancing dulu dengan pertanyaan-pertanyaan yang secara khusus ditujukan padanya supaya muncul keberanian dari dirinya menjawab pertanyaan. Saya rasa, tutor yang lain pun akan berbuat yang sama jika menemukan praktikan yang seperti itu di dalam kelompok BBQ nya.

Well.. saya ingin membahas lebih jauh tentang sifat MINDER. Apa sih minder itu? Apakah minder itu tergolong sikap yang baik atau buruk? Bagaimana cara menyikapinya jika minder merupakan sikap yang buruk? Let’s check-ki-dot... ^_^

MINDER... tentu bukan kata yang asing di telinga kita, barangkalipun kita pernah memiliki rasa minder tersebut. Tapi perlu diketahui, minder itu bukanlah sifat, ia hanyalah sikap yang tentu saja kita bisa merubahnya. Seseorang yang minder identik dengan rasa malu yang berlebihan sehingga ia cenderung tidak memiliki keberanian. Rasa minder akan sangat terlihat pada seseorang terutama saat berkumpul dalam kondisi yang ramai. Hal tersebut ditunjukkan dengan menyendiri di tengah keramaian seperti misalnya dalam pesta atau acara-acara formal dan non formal yang banyak dikunjungi oleh orang-orang.

Rasa minder menjadikan seseorang tidak pandai bergaul dengan orang lain. Ketakutan yang berlebihan ini hanya dipendam sendiri oleh si “penderita” dengan respon menjauhi keramaian. Hal ini tentu akan menjadikan seseorang tersebut semakin terkucilkan atau bahkan menjadi seseorang yang diasingkan. Orang yang punya rasa minder menganggap bahwa dirinya memiliki banyak kekurangan, sementara orang lain memiliki banyak kelebihan. Selain itu juga, adanya perasaan rendah diri dengan merasa “tidak cocok” bergaul dengan orang lain, membuat ia tenggelam dalam halusinasi yang berlebihan.

Selain timbul dari dalam diri sendiri, perasaan minder ini juga dapat timbul dari pola asuh orangtua yang salah dan juga lingkungan. Orangtua yang selalu memanjakan anaknya sampai usia dewasa, tidak diberikan kepercayaan untuk mengenal lingkungan terdekat dapat menjadi penyebab timbulnya rasa minder pada diri sang anak. Apalagi faktor lingkungan seperti seseorang yang tinggal dalam lingkungan yang miskin dan bodoh, akan sangat sulit baginya untuk memunculkan sikap kepercayaan diri dalam hidupnya.

Bagaimanakah dengan diri anda? Pernahkah anda memiliki rasa minder ini? Bagaimana cara anda menghilangkannya? Berikut beberapa hal yang dapat anda lakukan untuk menghilangkan rasa minder :

      1. Memahami bahwa tidak ada manusia yang sempurna
    Sahabat, perlu kita ketahui bahwa setiap manusia yang diciptakan oleh tuhan akan dibekali dengan             kelebihan dan kekurangannya msing-masing. Ini sudah menjadi fitrah bagi manusia. Tidak ada manusia yang sempurna di muka bumi ini. Artinya, ini sudah menjadi satu peluang bagi kita bahwa kita pasti memiliki kelebihan. Tugas anda adalah, temukan kelebihan dari dalam diri anda. Jangan pernah berfikir bahwa kelebihan itu hanya diukur dengan materi dan penampilan fisik. Satu contoh saja, ketika diri anda merasa jelek, tidak kaya, dan tidak punya gelar pendidikan tinggi, anda masih bisa memberikan kelebihan anda dengan menunjukkan keterampilan yang anda miliki, kekayaan hati yang anda tunjukkan dengan sikap baik dari diri anda atau juga dengan keimanan yangt erpancar kuat dari hati anda. So, temukan segala kebaikan dari hidup anda... maka itulah yang menjadi kelebihan dari diri anda.

2.       Banyak bergaul jangan menghindar dari keramaian
Setelah anda meyakini bahwa anda memiliki kelebihan dalam diri anda, maka berarti anda sama dengan yang lainnya. Sama-sama memiliki kelebihan, yang berarti juga sama-sama memiliki kekurangan. Ini merupakan modal bagi anda untuk lebih banyak mengetahui bagaimana orang lain menjalani hidup mereka masing-masing.  Jangan malu untuk berkenalan dengan orang baru. Jangan malu untuk bertanya pada seseorang yang belum anda kenal tentang sesuatu yang belum anda ketahui. Anda dapat mempraktikannya dengan mudah. Seperti misalnya ketika anda berada dalam satu angkot, sapalah seseorang yang ada disamping anda, tanyakan mau kemana tujuannya dan dari mana asalnya. Anda dapat membuka percakapan lebih dulu, dalam situasi dan kondisi yang baru di setiap hari yang anda lewati. Bagaimana? Anda mau mencoba bukan?

3.       Menjadi diri sendiri dan menyesuaikan diri
Dulu, saya pernah bertanya-tanya pada diri sendiri. Bagaimana sih menjadi diri sendiri itu? Kini saya mengetahui jawabannnya. Bahwa menjadi diri sendiri itu tentu bukan menjadi orang lain. Hehehehe... Bagi saya, ukuran menajdi diri sendiri adalah ketika saya merasa nyaman dengan apa yang saya jalani. Tidak ada rasa berat ataupun takut dinilai negatif oleh orang lain. Yang perlu kita ketahui, menjadi diri sendiri itu berbeda dengan menyesuaikan diri. Dalam kondisi tertentu, anda dituntut untuk dapat menyesuaikan diri. Dan ini sangat penting untuk anda pahami. Misalnya begini, anda orang yang sangat kaku, berepenampilan cuek, dan memiliki rasa empati yang sedang-sedang saja terhadap orang lain. Tapi, anda adalah seorang karyawan di dalam suatu perusahaan dimana anda harus dituntut untuk dapat menyesuaikan dengan lingkungan perusahaan. Berpenampilan rapi, memiliki rasa empati yang tinggi terhadap bawahan, dan memiliki komunikasi yang baik dengan atasan. Dalam kondisi seperti ini, apakah anda tetap ingin mempertahankan image anda yang kaku dan cuek? Tentu jawabannya adalah tidak. So, menyesuaikan diri sendiri itu perlu kita lakukan untuk menjadikan diri sendiri semakin baik.

4.       Berani dan bertindak
Ketika anda telah mampu menyesuaikan diri anda sendiri, maka anda harus memiliki sikap berani dalam segala hal. Sesuatu yang baru silahkan anda mencobanya. Menjadi seseorang yang lebih dulu berbuat baik, akan menjadikan anda dinilai sebagai seseorang yang pandai bergaul dengan orang lain. Hilangkan sikap malu yang berlebihan, namun jangan sampai kehilangan rasa malu ^_^
Kesalahan yang barangkali anda lakukan, kembalikan pada point di awal bahwa tidak ada manusia yang sempurna. Anda hanya perlu memperbaikinya agar tidak terulang kembali kesalahan yang sama.

Sahabat, semoga kita dapat menjadi pribadi yang menyenangkan dan bermanfaat bagi orang lain.. Semoga bermanfaat ^_^

Komentar

Postingan Populer